Senin, 16 Februari 2009

Al - khansa', Ibunda para Syuhada

Inilah sosok yang begitu menginspirasi ana, mudah - mudahan dapat di ambil manfaatnya
AL-KHANSA BINTI AMRU Al-Khansa,lbu para syuhada.

Namanya adalah Tamadhar binti Amru bin al-Haris bin asy-Syarid, seorang wanita penyair yang tersohor. Karena kemampuannya sebagai penyair, dikatakan, “Telah dikumpulkan para penyair dan ternyata tidak didapatkan seorang wanita yang lebih ahli tentang syair daripada Khansa”.
Al-Khansa terlahir pada zaman jahiliyah dan tumbuh besar di tengah suku bangsa Arab yang mulia, yaitu Bani Mudhar. Sehingga banyak sifat mulia yang terdapat dalam diri Al-Khansa. la adalah seorang yang fasih, mulia, murah hati, tenang, pemberani, tegas, tidak kenal pura-pura, suka terus terang. Dan selain keutamaan itu, ia pun pandai bersyair. la terkenal dengan syair-syairnya yang berisi kenangan kepada orang-orang yang dikasihinya yang telah tiada mendahuluin ke alam baka. Terutama kepada kedua saudara lelakinya, yaitu Mu’awiyah dan Sakhr yang telah meninggal dunia.
Khansa’ mendatangi Rasulullah saw bersama kaumnya dari Bani Salim, kemudian mengumumkan ke-Islamannya dan menganut aqidah Islam. Dialah wanita yang amat baik keislamannya sehingga menjadi lambang yang cemerlang dalam keberanian, kebesaran jiwa dan merupakan perlambang kemuliaan bagi sosok wanita muslimah.
Khansa’ juga memiliki kedudukan dan prestasi jihad yang mengagumkan dalam berpartisipasi bagi Islam dan membela kebenaran. Khansa’ turut menyertai peperangan-peperangan bersama kaum muslimin dan menyertai pasukan mereka yang memperoleh kemenangan.
Diriwayatkan bahwa ketika Adi bin Hatim dan saudarinya, Safanah binti Hatim datang ke Madinah dan menghadap Rasulullah SAW, maka berkata, “Ya Rasuluilah, dalam golongan kami ada orang yang paling pandai dalam bersyair dan orang yang paling pemurah hati, dan orang yang paling pandai berkuda.” Rasuluilah SAW bersabda, ‘Siapakah mereka itu. Sebutkaniah namanya.’ Adi menjawab, ‘Adapun yang paling pandai bersyair adalah Umru’ul Qais bin Hujr, dan orang yang paling pemurah hati adalah Hatim Ath-Tha’i, ayahku. Dan yang paling pandai berkuda adalah Amru bin Ma’dikariba.’ Rasuluilah SAW menukas, “Apa yang telah engkau katakan itu salah, wahai Adi. Orang yang paling pandai bersyair adalah Al-Khansa binti Amru, dan orang yang paling murah hati adalah Muhammad Rasulullah, dan orang yang paling pandai berkuda adalah Ali bin Abi Thaiib.’ Jarir ra. pernah ditanya, Siapakah yang paling pandai bersyair? Jarir ra. menjawab, ‘Kalau tidak ada Al-Khansa tentu aku.’ Al-Khansa sangat sering bersyair tentang kedua saudaranya, sehingga hal itu pernah ditegur olah Umar bin Khattab ra. Umar ra. pernah bertanya kepada Khansa, ‘Mengapa matamu bengkak-bengkak?’ Khansa menjawab, ‘Karena aku terialu banyak menangis atas pejuang-pejuang Mudhar yang terdahulu.” Umar berkata, ‘Wahai Khansa, Mereka semua ahli neraka.’ Sahut Khansa, ‘Justru itulah yang membuat aku lebih kecewa dan sedih lagi. Dahulu aku menangisi Sakhr atlas kehidupannya, sekarang aku menangisinya karena ia adalah ahli neraka.’
Al-Khansa menikah dengan Rawahah bin Abdul Aziz As Sulami. Dari pernikahan itu ia mendapatkan empat orang anak lelaki. Dan melialui pembinaan dan pendidikan tangan-tangannya, keempat anak lelakinya ini telah menjadi pahlawan-pahlawan Islam yang terkenal. Dan Khansa sendiri terkenal sebagai ibu dari para syuhada. Hal itu dikarenakan dorongannya terhadap keempat anak lelakinya yang telah gugur syahid di medan Qadisiyah. Sebelum peperangan dimulai, terjadilah perdebatan yang sengit di rumah Al-Khansa. Di antara keempat putranya telah terjadi perebutan kesempatan mengenai siapakah yang akan ikut berperang melawan tentara Persia, dan siapakah yang harus tinggal di rumah bersama ibunda mereka. Keempatnya saling tunjuk menunjuk kepada yang lainnya untuk tinggal di rumah. Masing-masing ingin turut berjuang melawan musuh fi sabilillah. Rupanya, pertengkaran mereka itu telah terdengar oleh ibunda mereka, Al-Khansa. Ketika Mutsanna bin Haritsah asy-Syaibani berangkat ke Qadisiyah di masa Amirul Mukminin Umar bin Khaththab ra, Khansa’ berangkat bersama keempat putranya untuk menyertai pasukan tersebut.
Di medan peperangan, di saat malam ketika para pasukan sedang siap berperang satu sama lain, Khansa’ mengumpulkan keempat putranya untuk memberikan petuah dan bimbingan kepada mereka dan mengobarkan semangat kepada mereka untuk berperang dan agar mereka tidak lari dari peperangan serta agar mereka mengharapkan syahid di jalan Allah SWT. Dengarkanlah wasiat al-Khansa’ yang mulia tersebut:
“Wahai anak-anakku, sesungguhnya kalian telah masuk Islam dengan ketaatan dan tanpa paksaan, kalian telah berhijrah dengan sukarela dan Demi Allah, tiada iIlah selain Dia. Sesungguhnya kalian adalah putra-putra dari seorang wanita yang tidak pernah berkhianat kepada ayah kalian, kalian juga tidak pernah memerlukan paman kalian, tidak pernah merusak kehormatan kalian dan tidak pula berubah nasab kalian. Kalian mengetahui apa yang telah Allah janjikan bagi kaum muslimin berupa pahala yang agung bagi yang memerangi orang-orang kafir, dan ketahuilah bahwa negeri yang kekal lebih baik dari negeri yang fana (binasa). Allah Azza wa Jalla befirman, “Wahai orang-orang yang berfirman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (Ali Imran: 20).
Maka, ketika datang waktu esok, jika Allah menghendaki kalian masih selamat, persiapkanlah diri kalian untuk memerangi musuh dengan penuh semangat dan mohonlah kepada Allah untuk kemenangan kaum muslimin. Jika kalian melihat perang telah berkecamuk, ketika api telah berkobar, maka terjunlah kalian di medan laga, bersabarlah kalian menghadapi panasnya perjuangan, niscaya kalian akan berjaya dengan ghanimah (rampasan perang) dan kemuliaan atau syahid di negeri yang kekal.
Keempat putra Khansa mendengarkan wejangan tersebut dengan penuh seksama. Mereka keluar dari kamar ibu mereka dengan tekad membara untuk menunaikan amanah jihad, perjuangan. Ketika datang waktu pagi, mereka segera bergabung bersama pasukan dan bertolak untuk menghadapi musuh. Syair mereka lantunkan.

Anak yang tertua bersenandung:

Wahai saudaraku, sesungguhnya ibunda sang penasehat
Telah berwasiat kepada kita kemarin malam
Dengan penjelasan yang tenang dan gamblang
Maka bersegeralah menuju medan tempur yang penuh bahaya
Yang kalian hadapi hanyalah
kawanan anjing yang sedang menggonggong
Sedang mereka yakin bahwa dirinya akan binasa oleh kalian
Adapun kalian telah dinanti oleh kehidupan yang lebih baik
Ataukah syahid untuk mendapatkan ghanimah yang menguntungkan

Kemudian dia maju untuk berperang hingga terbunuh.

Lalu yang kedua bersenandung:

Sesungguhnya ibunda yang tegas dan lugas
Yang memiliki wawasan yang luas dan pikiran yang lurus
Suatu nasihat darinya sebagai tanda berbuat baik terhadap anak
Maka bersegeralah terjun di medan perang dengan jantan
Hingga mendapatkan kemenangan penyejuk hati
Ataukah syahid sebagai kemuliaan abadi
Di Jannah Firdaus dan hidup penuh bahagia

Kemudian dia maju dan berperang hingga menemui syahid.

Lalu giliran putra al-Khansa’ yang ketiga bersenandung:

Demi Allah, aku tak akan mendurhakai ibuku walau satu huruf pun
Beliau telah perintahkan aku untuk berperang
Sebuah nasihat, perlakuan baik, tulus dan penuh kasih sayang
Maka, bersegeralah terjun ke medan perang yang dahsyat
Hingga kalian dapatkan keluarga Kisra (kaisar) dalam kekalahan
Jika tidak, maka mereka akan membobol perlindungan kalian
Kami melihat bahwa kemalasan kalian adalah suatu kelemahan
Adapun yang terbunuh di antara kalian adalah kemenangan dan pendekatan diri kepada-Nya

Kemudian, dia maju dan bertempur hingga mendapatkan syahid.

Lalu giliran putra al-Khansa’ yang terakhir bersenandung:

Bukanlah aku putra al-Khansa, bukan pula milik al-akhram
Bukan pula Amru yang memiliki keagungan
Jika aku tidak bergabung dengan pasukan yang memerangi Persia
Maju dalam kancah yang menakutkan
Hingga berjaya di dunia dan mendapat ghanimah
Ataukah mati di jalan yang paling mulia

Kemudian, dia maju untuk bertempur hingga terbunuh.

Ketika berita syahidnya empat bersaudara itu sampai kepada ibunya yang mukminah dan sabar. Al Khansa, Sang Bunda, tidak menjadi goncang ataupun meratap, bahkan dia mengatakan suatu perkataan yang masyhur yang dicatat oleh sejarah dan akan senantiasa diulang-ulang oleh sejarah sampai waktu yang dikehendaki Allah. Ucap Al Khansa
“Segala puji bagi Allah yang memuliakan diriku dengan syahidnya mereka, dan aku berharap kepada Rabb-ku agar Dia mengumpulkan diriku dengan mereka dalam rahmat-Nya”.

Umar bin Khaththab mengetahui betul tentang keutamaan al-Khansa’ dan putra-putranya sehingga beliau senantiasa memberikan bantuan yang merupakan jatah keempat anaknya kepada beliau hingga beliau wafat.
Al-Khansa telah meninggal dunia pada masa permulaan kekhalifahan Utsman bin Affan ra., yaitu pada tahun ke-24 Hijriyah. (Wanita-wanita Sahabiyah)

(dari: berbagai sumber)
www.sahabatnabi.0catch.com
http://nafiisahfb.multiply.com/journal/item/47/Al-Khansa_Ibu_Para_Syuhada

Jumat, 13 Februari 2009

Hmmmm.....

Akhir2 ini perbincangan tentang munakahat begitu mendominasi perbincangan. Ntahlah tapi sepertinya semua ini terinspirasi karena belum lama ini tepatnya tanggal 8 Februari yang lalu seorang sahabat kami melangsungkan munakahat. Biasanya ketika munakahat baru di gelar semua orang terlihat bersemangat.

Pernikahan memang sesuatu yang sangat misterius. Tapi yang sangat di sayangkan perbincangan tentang munakahat hanya menjadi perbincangan semata tapi ketika di tanyakan "siapkah anti menikah sekarang?" semuanya kompak menjawab "ana belum siap"dengan berbagai alasan, mulai dari kuliah belum selesai sampai izin orangtua,ingin memcari ilmu bahkan kesiapan mental. Ntahlah tapi sepertinya ketika di tanyakan tentang kesiapan semuanya seolah menghindar.

Menikah adalah fitrah setiap manusia karena Allah menciptakan setiap manusia itu berpasangan (Adz-Dzariyaat : 49). Laki - laki dengan perempuan, siang dan malam, baik dan buruk, semuanya berpasangan. Ana teringat dengan pernyataan seorang akh, dia berkata "pernikahan itu terjadi karena 2 hal yaitu butuh dan mampu, ketika dia butuh tapi belum mampu maka hukumnya wajib. tapi ketika dia mampu tapi belum butuh maka hukumnya sunnah" tapi alangkah indahnya ketika dia mampu dan menikah

Menikah adalah ibadah sesuai dengan satu hadist "Jika seseorang menikah maka ia telah menegakkan separuh diennya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah dengan separuh yang lain" (H.R Baihaqi). Subhanalloh....bahkan dalam surat Ar-Rum : 21 telah terdapat manfaat pernikahan yaitu tentram dan menimbulkan kasih sayang. Apa lagi yang hendak di cari di dunia Allah ini selain ridho-Nya dan ketentraman batin???

Ketika sudah memahami makna pernikahan dan hati sudah mantap untuk menikah maka batu sandungan yang biasanya menjadi masalah adalah kuliah belum selesai.walaupun sebenarnya itu bukanlah masalah besar karena pernikahan tidak akan pernah mengganggu aktifitas kuliah bahkan akan menambah semangat untuk kuliah dan dakwah ini.

Maka wahai saudariku apa lagi yang engkau takutkan ketika hati sudah mantap menikah, jangan hanya menjadi perbincangan sesaat saja tapi melangkahlah segera dengan ridho-Nya. Insya Alloh akan ada pertolongan dari Alloh
Rasulullah saw. pernah mendorong seorang sahabatnya dengan berkata, “Menikahlah dengan penuh keyakinan kepada Allah dan harapan akan ridhaNya, Allah pasti akan membantu dan memberkahi.” (HR. Thabarni). Dalam hadits lain disebutkan: Tiga hal yang pasti Allah bantu, di antaranya: “Orang menikah untuk menjaga diri dari kemaksiatan.” (HR. Turmudzi dan Nasa’i)

Imam Thawus pernah berkata kepada Ibrahim bin Maysarah, “Menikahlah segera, atau saya akan mengulang perkataan Umar Bin Khattab kepada Abu Zawaid: Tidak ada yang menghalangimu dari pernikahaan kecuali kelemahanmu atau perbuatan maksiat.” (lihat Siyar A’lamun Nubala’ oleh Imam Adz Dzahaby). Ini semua secara makna menguatkan pengertian ayat di atas. Di mana Allah tidak akan pernah membiarkan hamba-Nya yang bertakwa kepada Allah dengan membangun pernikahan.

Di sadur dengan perubahan dari www.dakwatuna.com

Rabu, 04 Februari 2009

Hmmmm....

Masalah kecil mirip dengan batu kerikil. Peganglah batu itu ke dekat mata anda. Maka seluruh dunia terasa tertutup dan semuanya menjadi gelap. Tapi peganglah batu itu cukup jauh dari mata anda. Maka anda akan melihatnya dengan jelas, dan lemparkan batu itu jauh ke dekat kaki anda. Maka jelas sekali batu itu sama sekali bukan penghalang, karena anda melangkah di jalan yang lebar
Tidak ada manusia yang gagal, yang ada hanyalah manusia yang menyerah akan nasib
Cinta sejati hadir dari hati, bukan dari sentuhan
Senyuman setengah dari kehidupan
Bersahabatlah ibarat pohon. Yang berakarkan kesetiaan. Berbatangkan kejujuran. Berdahankan kesefahaman. Berantingkan keikhlasan. Berdaunkan kasih sayang. Dan berbuahkan surga

cerita tentang sebuah do'a

Beberapa tahun yang lalu ketika aku masih kelas 1 SMA tepatnya 6 atau 7 tahun yang lalu aku pernah berdo'a kepada Allah "Ya Allah berikan aku seorang sahabat yang selalu mendekatkan ku kepada-Mu dan dengan nasehatnya mampu menerangi hatiku"
Namun hingga masa SMA pun berlalu Allah belum mengabulkan do'aku itu.
Hingga akhirnya aku menyerah dalam pencarian seorang sahabat
Bahkan dalam satu titik aku tidak percaya akan kehadiran sahabat sejati.
Sejak SMA aku dan teman2 di PMR punya 5 tingkatan/strata teman
1 Kenal nama
2 Teman biasa
3 Teman baik
4 Sahabat
5 Soulmate
Ya...walaupun aku punya banyak teman namun hanya sampai pada tingkatan 3 dan teman - teman PMR dulu di SMA menempati urutan 4, tapi belum ada yang mencapai urutan 5
Semester pertama kuliah berlalu begitu saja, dengan urutan kegiatan rumah-Kampus-perpus-pajus. Gak ada yang spesial.
Semester kedua juga berlalu tak jauh berbeda. Namun sedikit di warnai rasa bosan karena gak ada kegiatan yang berarti.
Semester ketiga mulai di warnai kegiatan dengan masuknya di kepengurusan BP2M.
Namun do'aku belum juga terkabul walaupun aku sebenarnya udah gak kepikiran lagi.
yang ada malah gmana caranya biar cepat tamat dan dapat kerja.
semester keempat mulai ada perubahan karena aku mulai kenal dengan seorang teman yang aku penasaran kali sama dia.
Semester lima mulai dekat tapi masih biasa
Akhirnya semester enam atau tahun keenam akhirnya Allah mengabulkan doaku dengan kehadiran seorang sahabat yang menempati urutan kelima
Walaupun aku sudah hampir melupakan keinginan untuk punya sahabat sejati.
Tapi ternyata Allah berkenan mengabulkan doaku
Memang sesuatu itu indah pada waktunya...
Akhirnya aku teringat pada satu cerita yang di kirimin melalui sms oleh seorang adek kelas...
"Seorang laki-laki berdoa pada Allah agar di beri bunga, namun Allah memberinya kaktus. Laki-laki itu tidak paham mengapa yang di dapat tidak sesuai dengan yang di minta, ia kecewa. Suatu hari laki-laki itu sangat terkejut ketika melihat dari batang kaktus yang buruk dan berduri itu tumbuh bunga yang cantik dan dari ulat yang terselubung telah menjelma menjadi kupu-kupu yang indah. Itu lah cara Allah. Indah pada waktunya. Allah tidak memberi apa yang kita harapkan. Kadang kita kecewa, sedih, terluka, tapi sesungguhnya Dia sedang merajut yang terbaik untuk hidup kita"
Subhanallah akhirnya sekarang terasa manisnya ukhuwah yang di bingkai dengan semangat membantu dan mencintai karena Allah.
terkadang kita perlu bersabar untuk sesuatu yang kita harapkan, tapi ingatlah akan ada harapan manis di balik setiap cobaan itu.
Terima kasih untuk ukhuwah yang begitu indah saudariku...
Sungguh aku mencintaimu karena Allah
Terima kasih atas kekuatan, kesabaran, nasehat dan cinta yang kau berikan.

Rata PenuhTeruntuk sahabat dan saudariku....
Yang sedang berjuang ...
Tetap semangat dan jangan menyerah
Insya Allah aku di sampingmu

Taujih

Hasan alBashri berkata :"Wahai Anak Adam, sesungguhnya kamu adalah kumpulan hari-hari, Stiap kali hari berlalu maka hilang sebahagian dari dirimu. Janganlah dunia yang fana ini melenakanmu. Sesungguhnya perbuatan itu akan berlalu dan cepat mengikis umurmu. kejarlah akhiratmu. jangan lagi katakan besok dan besok. karena kamu tidak pernah tau kapan kamu akan bertemu Alloh." (Hilyah Aulia 2/140)

Ibnu Samak Rohimahulloh bkt : Manusia tbagi 3 golongn. 1.Org yg pnh bbuat dosa, hatinya menyesal & tak ingin kembali melakukan kemaksiatan. Dialah orang yg baik. 2.Org yg bbuat dosa, bbuat dosa & bbuat dosa dan bsedih sambil menangis. ini adalah org yg masih ada kebaikan ddalam dirinya, tetapi perlu dicemaskan. 3.org yg bbuat dosa tetapi tidak menyesal, menyesal tapi tidak bsedih, bbuat dosa tapi tidak menangis. inilah orang yg bkhianat n bbelok arah dari jln Syurga menuju Neraka. (Hilyatul Aulia ' 8/208)

Minggu, 01 Februari 2009

Tentang nikah.....

Manusia



Ketika kita di hadapkan pada satu ujian seringkali kita hanya mengeluh....
Ketika di hadapkan pada satu kesenangan dalam hidup kita seringkali kita tidak sadar bahwa itu hanyalah sebgian kecil nikmat Allah
Ketika kita di hadapkan pada satu kegagalan kita hanya bisa mencari kambing hitam atas kegagalan itu
Ketika kita mencapai satu keberhasilan dalam hidup kita kita tidak ingat bahwa ada campur tangan Allah dalam keberhasilan itu
Tapi pernahkah kita bersabar ketika mendapat satu cobaan???
Pernahkah kita bersyukur ketika di berikan satu kebahagiaan???
Pernahkah kita instrospeksi diri kita ketika gagal????
Atau pernahkah kita merasa Allah begitu sayang pada kita saat mendapat satu keberhasilan????
Teman....
Alangkah egoisnya diri kita....